Header Ads

Sempat Dikira Lubang Hitam Terdekat, Ternyata Ada 'Bintang Vampir'

Membayangkan lubang hitam ada di dekat bumi mungkin menakutkan akan kemampuannya untuk menarik tertarik ke dalamnya. Tetapi para astronom sebelumnya telah mengungkapkan keberadaan lubang hitam terdekat tata surya berada di jarak sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi.

Keberadaan lubang hitam terdekat dilaporkan pada April 2020 oleh para astronom di jurnal Astronomy & Austrophysics. 

Sementara laporan terbaru di jurnal yang sama dengan judul HR 6819 is a binary system with no black hole Revisiting the source with infrared interferometry and optical integral field spectroscopy. Laporan itu diterbitkan pada Rabu (02/03/2022) waktu setempat untuk memahami kebenaran benda itu sebagai lubang hitam atau ada obyek lain.

Lubang hitam terdekat ini, menurut makalah sebelumnya, berada di dalam sistem bintang tiga dengan pengamatan pada HR 6819 dan bintang utama tipe-B (bintang Be).

Awalnya, ketika HR 6819 diidentifikasi pada 1980-an, ia dianggap sebagai objek tunggal yang berputar cepat mengitari bintang Be. Makalah tahun 2020 itu melihatnya ternyata memiliki pasangan yang lokasinya relatif dekat dan mengorbit setiap 40 tahun sekali.

Walau rumit karena lubang hitam berwarna gelap, orbit kedua bintang deret utama itulah yang memberikan petunjuk karena tampak ditarik miring olehnya. Para peneliti di makalah itu memandang adanya massa tambahan yang tidak terlihat dan melemparkan bobotnya ke dalam tatanan sistem.

Mengutip Science Alert, para astronom lainnya masih meragukan bila fenomena itu benar-benar menunjukkan adanya lubang hitam berperan di dalamnya.

Penelitian terbaru yang dipimpin Abigail Frost, astrofisikawan dari Katholieke Universiteit Leuven di Belgia, mengungkapkan bahwa sinyal aneh yang dianggap dihasilkan itu bukanlah dari lubang hitam. Benda itu adalah pasangan lain yang belum diidentifikasi sebelumnya sebagai "bintang vampir" yang langka, di mana satu bintang melucuti masa bintang lainnya.

Frost dan timnya mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab berbagai tanda tanya mengenai fenomena itu lewat dua tim, termasuk dari European Southern Observatory (ESO).

Perbedaan penelitiannya terletak pada kedua skenario terkait ruang. Tiga objek yang terdiri lubang hitam yang tidak terlihat, bintang deret utama yang terang, dan bintang Be yang bersinar, memiliki jarak yang membuatnya terlihat dua objek sinar yang terpisah cukup baik.

Itu akan terjadi apa bila dalam sistem itu terdapat tiga objek. Sedangkan jika hanya ada dua objek, maka hanya perlu dipisahkan oleh sebagian kecil dari jarak itu.


"Kami telah mencapai batas data yang ada, jadi kami harus beralih ke strategi pengamtan yang berbeda untuk memutuskan antara dua skenario yang diusulkan oleh kedua tim," kata Frost, dikutip dari siaran pers ESO. "Apa yang memungkinkan kami untuk dilakukan oleh dua kumpulan data ini adalah membedakan antara dua [skenario]."

Maka, para peneliti menggunakan Very Large Telescope (VLT) milik ESO, spektroskopi yang lebih rinci di Chili, dan Very Large Telescope Interferometer (VLTI) , yang dapat mengukur posisi dengan sangat tepat. Tetapi mereka tidak mengamati apa pun pada orbit yang lebar, karena mengesampingkan skenario yang menyatakan adanya lubang hitam di dalam sistem.

Berdasarkan pengggunaan VLT, mereka tidak menemukan adanya objek bersinar terang pada jarak yang lebih luas sekitar 100 miliarkdetik (satuan pengukuran astronomi untuk seperseribu arkdetik). Laporan VLTI juga mengonfirmasi dengan mengungkapkan bahwa bintang-bintang jaraknya berdekatan satu sama lain hanya dalam satu miliarkdetik.

Artinya, para peneliti menyimpulkan, tidak ada lubang hitam di sana melainkan hanya dua bintang. Tetapi, kedua bintang ini ternyata menjalin hubungan yang tidak biasa karena ternyata mendekati masa senjanya. Masa senja atau masa penyusutan ini membuatnya mengisap atmosfer pasangannya seolah "vampir kosmik".

"Ini membuat temuan kami untuk HR 6819 sangat menarik, karena menyajikan kandidat sempurna untuk mempelajari bagaimana vampirisme ini memengaruhi evolusi bintang masif, dan pada gilirannya pembentukan fenomena terkaitnya termasuk gelombang gravitasi dan ledakan supernova yang dahsyat," Frost berpendapat.

Pemahaman evolusi bintang semacam itu dapat membantu para ilmuwan untuk mempelajari bagaimana bintang menjadi bintang neutron, atau menghasilkan peristiwa gelombang gravitasi.

"Kami pikir [HR 6819] adalah tahap evolusi yang sangat langka dari sistem biner," lanjutnya di New Scientist. "Interaksi biner antara bintang-bintang ini memiliki potensi untuk sepenuhnya mengubah evolusi mereka."

No comments

Powered by Blogger.