Arkeolog Temukan Bukti Pembantaian Nazi di 'Lembah Kematian' Polandia
Penggalian arkeologi baru-baru ini di dekat desa Chojnice di Polandia telah menemukan bukti-bukti besar pembantaian manusia yang terjadi pada era Nazi. Dikenal kejam pada masa Perang Dunia II, Nazi Jerman adalah kekuatan politik yang dipimpin seorang diktator bernama Adolf Hitler.
Para arkeolog berhasil menemukan bukti-bukti fisik pembantaian pasukan Nazi terhadap orang-orang Polandia tersebut setelah lokasi pembataian itu menjadi misteri selama 75 tahun. Mereka menemukan sejumlah perhiasan korban, selongsong peluru, tulang manusia yang terbakar, dan banyak lainnya.
Salah satu korban pembantaian tersebut adalah seorang perempuan bernama Irena Szydłowska. Selama Perang Dunia II, Irena Szydłowska adalah seorang kurir untuk Tentara Dalam Negeri Polandia (Polish Home Army), sebuah pasukan bawah tanah yang dengan keras melawan penjajah Nazi.
Pada 14 Januari 1945, catatan menunjukkan, dia ditangkap oleh Gestapo, polisi rahasia resmi Nazi Jerman. Beberapa hari kemudian, dengan kekalahan yang membayangi pasukan Jerman dan Soviet di depan mata, Irena dan ratusan pejuang Home Army lainnya dibawa dari penjara dan digiring ke hutan Polandia utara.
Di dalam hutan, Szydłowska yang saat itu berusia 26 tahun dieksekusi. Dia mati meninggalkan seorang putra yang masih berusia 4 tahun.
Laporan-laporan saksi yang dikumpulkan setelah perang menunjukkan apa yang terjadi selanjutnya. Irena dan rekan-rekan tahanannya ditembak mati oleh tentara Jerman. Para tentara Nazi itu menumpuk tubuh Irena dan rekan-rekannya, menyiramnya dengan bensin, dan membakarnya di atas tumpukan kayu besar yang menerangi hutan selama 3 hari 3 malam.
Abu mereka kemudian dibuang ke dalam lubang-lubang dangkal dan ditutup. Kemudian, selama 75 tahun, situs kuburan massal itu hilang.
"Kami tahu para korban dikubur di suatu tempat, tetapi sampai adanya penelitian kami, tidak ada yang tahu itu di mana,” ujar Dawid KobiaÅ‚ka, arkeolog dari Institute of Archaeology and Ethnology, bagian dari Polish Academy of Sciences.
Dawid dan timnya telah menggunakan segala sumber dan cara, mulai dari dokumen arsip dan wawancara dengan para penyintas hingga pemindaian laser dan penggalian, untuk menemukan kuburan massal tersebut. Laporan penemuan mereka telah terbit di jurnal Antiquity dan dipublikasikan secara online olehCambridge University Presspada 18 Agustus 2021.
Penelitian yang membuahkan temuan ini merupakan studi pertama yang secara sistematis menerapkan teknik arkeologi ke kuburan massal era Perang Dunia II di luar kamp konsentrasi. Sebelumnnya, penelitian tentang sisa-sisa manusia sering dilarang oleh kepercayaan agama Yahudi.
Meskipun ada banyak pembantaian serupa, “Sejauh ini belum ada penelitian tentang situs Perang Dunia II seperti ini,” ucap Claudia Theune, arkeoloh dari University of Vienna, seperti dilansir Science Magazine.
Penyelidikan hukum memicu sebagian besar investigasi kejahatan perang, tambah Alfredo González-Ruibal, arkeolog dari Institute of Heritage Studies of the Spanish National Research Council. Namun penyelidikan yang membuahkan temuan besar ini diprakarsai oleh para peneliti dan merupakan salah satu dari sedikit yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah, katanya.
Kobiałka tumbuh di Chojnice, di mana dia mendengar penduduk setempat menyebut hutan rawa yang jadi tempat pembantaian itu hanya beberapa ratus meter dari rumah masa kecilnya sebagai "Lembah Kematian." Daerah itu adalah yang paling mengerikan di wilayahnya.
Pada tahun 1939, pasukan Jerman yang maju menangkap dan mengeksekusi para pendeta dan intelektual Polandia, keluarga Yahudi, dan orang-orang cacat, kemudian mengubur mereka di sana dalam barisan panjang parit yang telah digali tentara Polandia yang mundur ke area pertahanan. Lebih dari 100 korban pembunuhan itu ditemukan setelah perang dan dimakamkan kembali. Namun retapi ratusan korban lainnya masih belum ditemukan.
KobiaÅ‚ka berpikir metode arkeologi dapat membantu mengungkap apa yang terjadi dan di mana. “Saya sepenuhnya yakin pembunuhan massal seperti itu pasti meninggalkan banyak material.”
Timnya memulai penyelidikan ini dengan mempelajari arsip sejarah. Mereka kemudian mewawancarai orang-orang yang selamat, termasuk beberapa saksi yang orang tuanya terbunuh pada tahun 1939. Mereka juga mencocokkan foto udara yang diambil oleh Sekutu pada hari-hari terakhir perang dengan pemindaian laser dari lantai hutan modern yang diambil dari pesawat terbang, dan kemudian menemukan sebuah garis parit di bawah vegetasi lebat.
Kemudian mereka menggunakan radar penembus tanah dan teknik non-invasif lainnya untuk menunjukkan gangguan tanah yang mungkin mengindikasikan adanya lubang penguburan di sepanjang parit itu. Di sana, pada Juli 2020, mereka menggunakan detektor logam untuk mengungkap koleksi padat cangkang peluru, kancing, kancing manset, jam tangan yang berhenti beberapa menit setelah pukul 5. Selain itu mereka juga menemukan cincin kawin Szydłowska, yang diidentifikasi oleh sejarawan berdasarkan tanggal pernikahan dan inisial namanya yang terukir di dalamnya.
Tanah lapisan atas dari area itu juga menyimpan potongan-potongan tulang manusia yang terbakar. “Kami menggunakan setiap metode arkeologi yang memungkinkan,” kata KobiaÅ‚ka. Bukti-bukti ini meyakinkannya bahwa mereka telah menemukan lokasi pembantaian pada tahun 1945 itu.
Dengan dana tambahan dari Kementerian Kebudayaan, Warisan Nasional, dan Olahraga Polandia, tim Kobiałka kembali ke Chojnice pada musim panas 2021 ini. Selama beberapa bulan terakhir, para peneliti menggali tiga lubang pemakaman yang dipenuhi abu, tulang, dan lebih dari 4000 artefak, termasuk ratusan cangkang, semuanya mungkin dari pembantaian tahun 1945. Mereka menemukan barang-barang berharga termasuk medali, pemantik rokok, dan cincin kawin emas berukir lainnya.
Para peneliti juga menemukan lebih dari 1 ton tulang manusia. “Jumlah itu tampaknya mengkonfirmasi catatan sejarah bahwa 400 atau 500 orang terbunuh dan dibakar” dalam pembantaian tahun 1945, kata KobiaÅ‚ka. “Saya seorang arkeolog berpengalaman, tetapi saya tidak pernah mengalami hal seperti ini. Itu benar-benar horor.”
Post a Comment