Pola Cadas Antropomorfik di Maluku, Gambaran Masyarakat di Masa Lalu
"Masih minim temuan tanda-tanda sisa [fisik] manusia [modern yang bermigrasi] di Maluku," ujar Lucas Wattimena, peneliti muda Balai Arkeologi Maluku saat dihubungi, Rabu (22/12/2021). Dia adalah penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam makalah jurnal Amerta (Vol.39 No.2 tahun 2021).
Sehingga, lanjut Lucas, untuk melacak bagaimana manusia modern bisa tiba, dan cara hidupnya di Maluku hanya bisa dipelajari lewat cadas. Ada banyak cadas yang ditemukan di Maluku, khususnya di Pulau Kaimear dan Kisar, yang menjadi titik pengamatannya bersama tim.
Kedua lokasi cadas itu belum diketahui penanggalannya, tetapi yang jelas dalam waktu dekat ini akan diungkap oleh kawan-kawan arkeolog seperti Adhi Agus Oktaviana dari Puslit Arkenas, terang Lucas.
Cadas di Kisar, Maluku Barat Daya, datanya diteliti sejak 2014 oleh peneliti Australia, dan 2019 dilakukan lanjutannya oleh Lucas dan tim. Begitu pula yang di Kaimear yang baru ada sejak 2018. Laporan ini mencoba mengungkap gambar antropomorfik (menyerupai manusia) di Kisar dan Kaimear, dan kajian ini masih minim di Indonesia.
Situs Salpuru memiliki cadas antropomorfik terbanyak dalam pengamatan di Pulau Kisar. Menariknya, cadas yang mendominasi adalah sosok laki-laki yang menggunakan penutup kepala yang rumit, dan sesuatu yang dipegang seolah seperti senjata atau perlengkapan ritual.
"Di Pulau Kisar dan Kaimear itu secara struktur sosial itu mereka ada semacam kasta, ada kelas atas, tengah, dan bawah," urai Lucas mengenai kesesuaian pemahaman budaya masyarakat sektiar. "[Tradisi] Ini juga mempengaruhi pertama kali bermigrasi sampai di pulau-pulau itu."
Betuk lainnya yang ditemukan seperti manusia berkelompok, sosok yang memberikan arahan atau petunjuk, menari atau seni, sikap melindungi diri atau seperti gerakan bertahan dalam olahraga, dan ekspresi berperang.
"Terkait dia (penduduk di Pulau Kisar) punya tradisi oral, rata-rata itu ada yang tahu [terkait] cerita gambar (cadas) itu ada juga yang tidak tahu," ungkapnya. Para penduduk percaya bahwa cadas itu dibuat oleh penghuni pulau sebelumnya, dan mereka hanya melanjutkan apa yang dipercayai
"Secara folklore—cerita masyarakat—di Kisar itu, dia timbul-tinggi-tenggelam tujuh kali, disebutnya. Kalau dikonversikan ke ilmu [pengetahuan] itu ada tsunami dan sebagainya. Jadi ada penduduk yang datang lebih awal, pulaunya hilang, muncul lagi, kemudian datang lagi manusia."
Sementara di Situs Kel Lein, Pulau Kaimear, ada cadas anatomi tubuh manusia lengkap dengan aksesoris. Dari kondisinya, tulis para peneliti, sosok itu adalah perempuan berdasarkan konteks motif.
"Yang signifikan itu di Kaimear, karena ada di Kepulauan Kei, ada banyak topeng-topeng wajah itu banyak," lanjutnya. "Wajah topeng yang hanya wajah saja seperti sketsa Simpson, tapi kalau di Kisar dia tidak ada topeng-topeng wajah, dia lebih ke struktur lengkap seperti menyembah, tradisi, religi, menyembah."
Namun penduduk Pulau Kaimear tidak mengetahui tentang cerita apa di balik cadas ini, sehingga hasil temuan jadi terbatas. Maka ke depannya, Lucas dan tim berencana untuk mencari metode lain, termasuk wawancara pada penduduk di Kepulauan Kei, dan berharap kawan-kawan arkeolog lainnya mau membantu.
Ada simbol yang menarik disorot olehnya. Ada gambar matahari di Situs Kel Lein yang bersamaan dengan sosok orang dan kapal layar. Meski tidak jelas cerita apa di balik konteksnya, matahari ini menjadi bahasan penelitian ke depannya tentang kosmologi di balik cadas.
"Jadi kan kosmologi gambar cadas, tema saya besar itu, saya akan berseri nanti. [Penelitian saya nanti] Ada bicara tetang matahari, ada manusia, ada juga perahu dan wanita itu seperti apa," ujar Lucas. Gambar Matahari ditemukan pula di Kisar dengan gambaran dan jumlah yang berebda. "Nantikan saja, itu sedikit bocoran [penelitian] saya."
Adhi Agus Oktaviana, peneliti Puslit Arkenas yang tidak terlibat dalam makalah itu mengomentari, pola gambar yang ada di Kaimear ini umum di sekitar Maluku.
"Bisa jadi gambar matahari menjadi simbol kelompok atau klan. Nah figur-figur manusia selama ini interpretasinya adalah pemimpin kelompok atau shaman. Memang ini memerlukan [data] pendukung etnografi di lapangan," ujarnya saat dihubungi Jumat (24/12/2021).
"Motif-motif seperti ini di Pulau Muna (situs cadas lain) yang ada perahu dan mataharinya juga ada. Mungkin ini satu konteks gambar sedang menjelaskan untuk berlayarkah atau mengenai konteks menunjukkan penguasaan navigasi di laut oleh bagaimana kita (orang Nusantara dahulu) berlayar."
Dia melanjutkan tanggapannya, penelitian seperti ini semestinya dibahas secara regional, tidak hanya dua pulau. Misal, bisa dengan tambahan konteks antropomorfik cadas di pulau-pulau lainnya di Maluku, termasuk figur dari Timor-Leste yang secara geografis dekat dengan Pulau Kisar, agar dapat membantu memahaminya.
Untuk mengenai siapa yang menggambar ini juga perlu ada analisis penanggalan. Oktaviana, seperti yang dituturkan Lucas, berencana dalam waktu dekat untuk segera menemukan tanggalan itu.
Mengenai temuan antropomorfik, Lucas mengatakan, karena masih minimnya temuan seperti ini, dia berencana melihat cadas di tempat lain sebagai penelitian berikutnya.
Post a Comment