Header Ads

FIraun Akhenaten: Satu-satunya Firaun yang Androgini

 


Jika Anda berpikir bahwa Mesir kuno selalu hanya tentang banyak dewa, patung-patung padat dan tanpa emosi dan firaun maskulin saja, lihatlah episode singkat dari sejarah Mesir ini, ketika orang-orang digambarkan seperti alien dan sinar matahari berakhir di tangan.
Akhenaten adalah firaun dinasti ke-18 Mesir. Awalnya diangkat sebagai firaun dengan nama Amenhotep IV di Ibukota Thebes, setelah ayahnya, Amenhotep III, wafat setelah memerintah 38 tahun. Istri utama Akhenaten adalah Nefertiti.


Selama 17 tahun pemerintahan firaun Amenhotep IV (sekitar 1352-1336 SM), tatanan politik, sosial dan agama di Mesir mengalami metamorfosis yang sangat drastis. Misalnya, Amenhotep IV memindahkan ibu kota dari Thebes ke Amarna dan mendirikan kultus baru Aten (cakram matahari, aspek dari dewa Ra) sebagai satu-satunya dewa. Dengan kata lain, ia mengubah politeisme menjadi monoteisme.

Selain itu, ia mengambil nama baru - Akhenaten, yang berarti "roh Aten yang hidup" dan menjadikan dirinya sebagai putranya dan sekaligus imam besar, yang hampir identik dengan dewa. Karena jajaran dewa lainnya dihapuskan olehnya, maka para pendeta, kuil-kuil lain dan pahatan patung dewa-dewa lain sama sekali tidak diperlukan lagi. Keluarga kerajaanlah yang mengambil kendali tunggal atas agama, seni, dan seluruh masyarakat.
Perubahan ini sangat mempengaruhi gaya visual representasi. Subjek utama seni adalah Aten dan keluarga kerajaan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, firaun digambarkan dalam lingkungan rumah tangga, bermain dengan anak-anaknya atau mengekspresikan cintanya. Akhenaten, yang ingin membedakan dirinya dari firaun lainnya, melupakan konvensi yang menggambarkan keluarga kerajaan dengan cara yang ideal dan beralih ke naturalisme yang berlebihan. Kepala memanjang, bibir tebal dan kelopak mata berat adalah karakteristik utama dari seni gaya baru. Sinar matahari yang berakhir di tangan adalah simbol Aten yang memberkati keluarga kerajaan yang bahagia.


Untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir kuno, wanita setara dengan pria karena Aten dan Akhenaten disebut ayah dan ibu dari semua. Akhenaten adalah simbol wanita dan pria itu sendiri. Oleh karena itu, ia biasanya digambarkan dengan payudara dan pinggul feminin, untuk melambangkan kehidupan dan kesuburan.
Namun setelah Akhenaten wafat, ibadah dewa Aten yang didirikannya lambat laun kehilangan pengikut. Tutankhaten mengganti namanya menjadi Tutankhamun pada tahun ke-2 pemerintahannya dan meninggalkan kota Akhetaten, yang akhirnya menjadi puing-puing. Penggantinya, Ay dan kemudian Horemheb, membongkar kuil yang dibangun Akhenaten, menggunakan bahannya untuk membangun kuil bagi mereka sendiri.

Akhirnya, Akhenaten, Nefertiti, Tutankhamun, dan Ay dihapus dari daftar resmi firaun, sehingga hanya dilaporkan bahwa Amenhotep III langsung digantikan oleh Horemheb. Ini dianggap upaya Horemheb untuk menghapus jejak penyembahan Atenisme dan para firaun yang terkait dari catatan sejarah. Nama Akhenaten tidak pernah muncul di daftar raja-raja yang dibuat firaun-firaun sesudahnya dan baru di akhir abad ke-19 identitasnya ditemukan kembali dan catatan pemerintahannya disusun lagi oleh para arkeolog.


No comments

Powered by Blogger.